TOP NEWS

Jumat, 16 Maret 2012

Terapi Wicara Pada Autistic Spectrum Disorders


Terapi Wicara


 Terapis Wicara adalah profesi yang bekerja pada prinsip-prinsip dimana      timbul kesulitan berkomunikasi atau ganguan pada berbahasa dan berbicara  bagi orang dewasa maupun anak.  Terapis Wicara dapat diminta untuk berkonsultasi dan konseling; mengevaluasi; memberikan perencanaan maupun penanganan untuk terapi; dan merujuk sebagai bagian dari tim penanganan kasus.


Ganguan Komunikasi pada Autistic Spectrum Disorders (ASD):Bersifat: (1) Verbal; (2) Non-Verbal; (3) Kombinasi.
Area bantuan dan Terapi yang dapat diberikan oleh Terapis Wicara:
  1. Untuk Organ Bicara dan sekitarnya (Oral Peripheral Mechanism), yang sifatnya fungsional, maka
    Terapis Wicara akan mengikut sertakan latihan-latihan Oral Peripheral Mechanism Exercises; maupun Oral-Motor activities sesuai dengan organ bicara yang mengalami kesulitan.
  2. Untuk Artikulasi atau Pengucapan:
    Artikulasi/ pengucapan menjadi kurang sempurna karena karena adanya gangguan, Latihan untuk pengucapan diikutsertakan Cara dan Tempat Pengucapan (Place and manners of Articulation). Kesulitan pada Artikulasi atau pengucapan, biasanya dapat dibagi menjadi: substitution (penggantian), misalnya: rumah menjadi lumah, l/r; omission (penghilangan), misalnya: sapu menjadi apu; distortion (pengucapan untuk konsonan terdistorsi); indistinct (tidak jelas); dan addition (penambahan). Untuk Articulatory Apraxia, latihan yang dapat diberikan antara lain: Proprioceptive Neuromuscular.
  3. Untuk Bahasa: Aktifitas-aktifitas yang menyangkut tahapan bahasa dibawah:
    1. Phonology (bahasa bunyi);
    2. Semantics (kata), termasuk pengembangan kosa kata; 
    3. Morphology (perubahan pada kata), 
    4. Syntax (kalimat), termasuk tata bahasa;
    5. Discourse (Pemakaian Bahasa dalam konteks yang lebih luas), 
    6. Metalinguistics (Bagaimana cara bekerja nya suatu Bahasa) dan;
    7.  Pragmatics (Bahasa dalam konteks sosial).
  4. Suara: Gangguan pada suara adalah Penyimpangandari nada, intensitas, kualitas, atau penyimpangan-penyimpangan lainnya dari atribut-atribut dasar pada suara, yang mengganggu komunikasi, membawa perhatian negatif pada si pembicara, mempengaruhi si pembicara atau pun si pendengar, dan tidak pantas (inappropriate) untuk umur, jenis kelamin, atau mungkin budaya dari individu itu sendiri.
  5. Pendengaran:  Bila keadaan diikut sertakan dengan gangguan pada pendengaran maka bantuan dan Terapi yang dapat diberikan: (1) Alat bantu ataupun lainnya yang bersifat medis akan di rujuk pada dokter yang terkait; (2) Terapi; Penggunaan sensori lainnya untuk membantu komunikasi;
PERAN  KHUSUS  dari Terapi wicara adalah "mengajarkan suatu cara untuk ber KOMUNIKASI"
Yakni  :
  1. Berbicara:
    Mengajarkan atau memperbaiki kemampuan  untuk dapat berkomunikasi secara verbal yang baik dan fungsional.  (Termasuk bahasa reseptif/ ekspresif – kata benda, kata kerja, kemampuan memulai pembicaraan, dll).
  2. Penggunaan Alat Bantu (Augmentative Communication): Gambar atau symbol atau bahasa isyarat sebagai kode bahasa; (1) : penggunaan Alat Bantu sebagai jembatan untuk nantinya berbicara menggunakan suara (sebagai pendamping bagi yang verbal); (2)  Alat Bantu itu sendiri sebagai bahasa  bagi yang memang NON-Verbal.
Dimana Terapis Wicara Bekerja:
  1. Dirumah Sakit: Pada bagian Rehabilitasi, biasanya bekerjasama dengan dokter rehabilitasi bersama tim rehabilitasi lainnya (dokter, psikolog, physioterapis dan Terapis Okupasi). 
  2. Disekolah Biasa: Tidak Umum di Indonesia.  Pada bagian Penerimaan siswa baru, biasanya bekerjasama dengan guru, psikolog dan konselor.  Menangani permasalah keterlambatan berbahasa dan berbicara pada tahap sekolah, dan memantau dari awal murid-murid dengan kesulitan atau gangguan berbicara tetapi masih dapat ditangani dengan pemberian terapi pada tahap sekolah biasa. 
  3. Disekolah Luar Biasa:  Pada bagian Terapi wicara, bekerjasama dengan guru dan professional lainnya pada sekolah tersebut.  Biasanya memberikan konsultasi, konseling, evaluasi dan terapi
  4. Pada Klinik Rehabilitasi: Praktek dibawah pengawasan dokter, biasanya dengan tim rehabilitasi lainnya,
  5. Praktek Perorangan: Praktek sendiri berdasarkan rujukan, bekerjasama melalui networking.  Biasanya memberikan konsultasi, konseling, evaluasi dan terapi.
  6. Home Visit: Mendatangi rumah pasien untuk pelayanan-pelayanan diatas dikarenakan ketidakmungkinan untuk pasien tersebut berpergian ataupun dengan perjanjian.
Evi Sabir-Gitawan BSc.  Speech & Language Pathologist

0 komentar: