Sabtu, 23 Juli 2011
1. Setiap anak yang lahir diharapkan dapat hidup dan tumbuh berkembang menjadi anak yang sehat. Seperti kita ketahui bahwa anak akan tumbuh dari kecil menjadi besar, namun juga berkembang dari ketidakmampuan menjadi mampu, bisa melakukan sesuatu.
Perkembangan tersebut meliputi beberapa aspek antara lain :
A. Perkembangan Motorik.
Perkembangan ini dimulai dengan gerakan-gerakan motorik kasar dan sederhana (gross motorik movement) sampai berkembang menjadi gerakan-gerakan yang halus (fine motor movement).
B. Perkembangan Kecerdasan.
Setiap anak akan berkembang kecerdasannya dari tidak tahu apa-apa sampai menjadi pandai atau cerdas, hal ini menyangkut fungsi mental yang dapat diukur dengan Intelegent Quotion (IQ).
C. Perkembangan Bicara dan Bahasa.
Perkembangan ini dimulai dari tangis bayi saat lahir kedunia sampai anak tersebut mampu berbicara dan berbahasa.
D. Perkembangan Emosi dan Sosial.
Perkembangan emosi berkaitan dengan dengan perkembangan sosial, hal ini membuat anak berkembang semakin matang dalam emosi dan sosialnya. Masing-masing perkembangan tersebut diatas akan berjalan bersama-sama/ secara simulan sesuai dengan tahapan perkembangan masing-masing.
2. Perkembangan Bicara dan Bahasa.
Agar supaya perkembangan bicara dan bahasa bisa berkembang dengan baik diperlukan hal-hal sebagai berikut :
A. Pendenganran yang berfungsi baik.
Pendengaran yang dimaksud adalah kemampuan mendengar suara atau bunyi yang datang dari sekitar.
Berbagai suara yang kita dengan dari sekitar tersebut seperti suara radio, TV, klakson, mobil dan sebagainya.
Suara tersebut mempunyai bermacam-macam aspek antara lain : keras dan lemahnya suara, nada rendah dan tinggi, kualitas suara dan sebagainya. Disamping hal tersebut diatas masih dituntut juga kemampuan untuk mengerti apa yang didengar.
Hal ini lebih penting lagi karena pengertian terhadap apa yang didengar merupakan modal dari perkembangan bicara dan sering hal ini disebut dengan bahasa pasif atau tepatnya bahasa reseptif.
Melalui pendengaran dapat diketahui sumber suara atau bunyi tersebut. Oleh karena itu perlu adanya pembentukan konsep dalam berbahasa baik melalui pendengaran, penglihatan dan perabaan.
B. Penglihatan yang berfungsi baik.
Penglitan merupakan saluran sensoris untuk memasukan gambaran dari apa yang kita lihat kedalam persepsi ke otak.
Fungsi penglihatan yang baik mampu memasukan pengertian yang baik terhadap apa yang dilihatnya.
Disamping fungsi penglihatan itu sendiri harus baik juga perlu adanya fungsi persepsi penglihatan yang baik pula.
Seperti pada fungsi pendengaran, fungsi ini sangat penting untuk pembentukan konsep terhadap sesuatu atau bahasa reseptif.
C. Perabaan yang berfungsi baik.
Perabaan yang dimaksud adalah seluruh permukaan kulit berfungsi baik untuk menerima dan menyalurkan rangsang perabaan ke pengertian di otak.
Oleh karena itu pengertian yang diperoleh dari perabaan memang sangat diperlukan pula dalam perkembangan bahasa reseptif ini.
D. Kesadaran perasaan terhadap gerakan-gerakan otot tubuh.
Kesadaran ini sangat penting bagi perkembangan bicara dan bahsa karena dapat mengatur gerakan tubuh. Ini merupakan modal dalam bicara dan bahasa.
Dalam latihan speech therapy perlu dilatih melalui kaca cermin untuk membantu fungsi dari kesadaran terhadap gerakan tubuh ini.
Dari empat hal tersebut diatas haruslah diperiksa fungsi masing-masing baik secara organis maupun fisiologis.
Untuk kepentingan speech therapy perlu keempat hal yang pokok tersebut dilakukan secara efektif dan efisien dengan memadukan empat saluran tersebut semaksimal mungkin.
3. Pentingnya fungsi Bicara Dan Bahasa.
Bicara dan bahasa adalah berguna bagi kehidupan manusia, terutama untuk komunikasi antara seseorang dengan orang lain atau kelompok yang satu kepada kelompok yang lain.
Secara khusus bicara itu sebagai alat komunikasi untuk melakukan/ menyampaikan pendapat, pikiran, hasrat, kemauan, perasaan isi hati kepada orang lain.
Oleh karena itu bicara itu memerlukan lawan bicara sehingga terjadi hubungan antar manusia. Yang satu berbicara yang lainnya mendengarkan atau sebaliknya.
Kita akan merasa tidak senang apabila kita berbicara kepada seseorang namun tidak didengarkan, acuh tak acuh, tidak ada perhatian dan sebagainya.
Hal ini bisa terjadi betapa jengkel kita bila kita ingin menyampaikan pesan yang penting dengan bicara, namun orang yang kita ajak bicara bersikap seperti tidak mendengar (kurang pendengaran), acuh tak acuh, tidak perhatian, tidak mengerti apa yang kita bicarakan (kurang mengerti) atau memberi tanggapan yang tidak kita inginkan. Disamping itu bicara merupakan kebutuhan hidup sehari-hari.
Tiada hari tanpa kata-kata.
Tetapi bila pada saat kita tidak mau atau segan bicara, maka pendapat, hasrat dan perasaan kita dapat kita sampaikan pesan tersebut melalui bahasa tulis yaitu dengan menuliskan pesan tersebut pada selembar kertas agar orang yang kita maksud mengetahuinya.
Sama juga dengan tulisan, kita dapat menjadi tidak senang, jengkel dan sebagainya bila pesan tulisan itu tidak dapat dibaca, tidak diperhatikan, tidak dimengerti meskipun sudah dibaca, mengerti tapi mudah lupa dan sebagainya.
Dengan Bahasa Tulis kita dapat berhubungan dengan orang lain.
Bahasa Tulis saat inipun telah menduduki peringkat ke-2 setelah bahasa lisan.
Karena tidak cukup suatu transaksi/ hubungan yang penting dalam hidup ini tanpa ditulis dalam bentuk bahsa tulis.
Berbeda dengan bahasa isyarat , kitapun dapat menggunakan bahasa ini dengan maksud untuk menyampaikan pesan.
Bahasa ini lebih sulit karena tidak semua pesan dapat dibuat isyarat dan lebih sulitnya bagi bahasa isyarat berbeda antara orang yang satu dengan yang lain (bangsa satu dengan bangsa lain).
Kita harus hati-hati berbahsa isyarat, bisa-bisa terjadi salah paham.
4. Bagaimana Cara Kita Memajukan Perkembangan Bicara dan Bahasa.
Perkembangan bicara dimulai dari tangis bayi pertama saat lahir (birth-cry) sampai berumur 6 tahun sehingga anak siap bicara dengan artikulasi yang benar.
Perkembangan bahsa dimulai sejak bayi tersenyum sampai usia 3 tahun. Sehingga dapat nmenyusun kalimat dengan menggunakan 2 atau 3 kata dengan benar.
Cara agar anak bicara dan berbahasa dapat berkembang dengan baik perlu diper-hatikan hal-hal sebagai berikut :
A. Usahakan agar fungsi penglihatannya baik, gambaran apa yang dilihatnya diberi arti, makna atau dinamai.
Hal ini dapat kita lakukan setiap anak melihat sesuatu kapan saja, dimana saja, bila perlu obyek yang sama diulang-ulang.
Untuk itu perlu kiranya kita hadirkan obyek penglihatan tersebut kedekat anak.
Bisa berupa benda sebenarnya, tiruan atau gambar.
Merangsang penglihatan anak dengan obyek tersebut sangat membantu pengertian anak, melatih tajam ingatan anak (memori).
B. Usahakan agar fungsi pendengaran anak itu baik, bunyi-bunyi, suara yang masuk ke pendengaran anak hendaknya diberi arti tertentu.
Hal ini bersamaan dengan fungsi penglihatan bila anak melihat Kuda Putih maka kita memasukkan rangsang pendengaran berupa “Suara Kuda” atau kata “Kuda”.
Inipun juga dilakukan setiap saat.
C. Usahakan fungsi perabaan anak ditingkatkan.
Yaitu apa yang dilihat, apa yang didengar bila perlu diraba atau dipegangnya agar mendapatkan gambaran yang tepat dipusat pengertiannya.
D. Usahakan fungsi gerak tubuh yang baik.
Hal ini untuk memudahkan anak dalam membuat persepsi tentang sesuatu.
Empat hal tersebut (VAKT) diatas sangat penting bila dilakukan semaksimal mungkin.
Perlu masih harus mendapat perhatian pula bagi orang tua :
A. Dapat menjadi lawan bicara yang baik.
Yakni dapat menjadi pendengar yang baik, berusaha mengerti bicara anak, tidak acuh tak acuh, memperhatikan bicara anak dan memberi tanggapan yang positif.
B. Perlu bersikap sabar, berusaha membuat kominikasi dengan 3 (tiga) cara berbahasa (lisan, tulisan, isyarat).
C. Memberikan rangsang yang selektif baik penglihatan, pendengaran, perabaan dan gerakan.
Usahakan rangsangan yang selektif tersebut disesuaikan dengan tingkat dan usia anak atau tepatnya sesuai dengan kemapuan dasar yang dimiliki anak (basic ability).
D. Setiap hari, bulan dan tahun usia anak diusahakan bertambahnya perbendaharaan (vocabulary).
E. Khusus anak yang speech defect, orang tua diperlukan cara khusus berbicara dengan kata-kata yang jelas, sederhana ucapannya dan kalimat, juga dengan suara bicara yang wajar (tidak usah dibuat-buat).
Contoh : Selamat pagi.
Akhirnya kami berharap peran orang tua dalam membimbing dan mendidik anak hendaknya lebih terarah lagi terutama bagi anak yang bermasalah.
Peranan orang tua dalam perkembangan bicara dan bahasa sangat penting sekali, maka kami ingatkan bahwa dalam pelajaran Bahasa Indonesia di sekolah tercantum 6 aspek yang harus dikembangkan :
1. membaca.
2. kosa kata.
3. struktur.
4. menulis.
5. pragmatik.
6. apresiasi.
KEMAMPUAN BICARA ATAU PERKEMBANGAN BAHASA BAYI
Kemampuan bicara atau perkembangan bahasa bayi akan terstimulasi dengan keadaan sekitar terutama oleh ayah dan ibunya. Sedangkan, Apa yang terjadi pada periodesasi ini memang tidak mutlak terjadi pada setiap bayi. Hanya saja, bayi biasa secara alami akan mengalami hal-hal berikut;
- Reflective Vocalization, Sesuatu yang dilakukan bayi berupa refleks termasuk pula suara yang sifatnya masih refleks misal menangis pada bayi bisa dibedakan;tangisan lapar,haus, atau karena basah pada usia lebih dari 3 minggu.
- Babling, pada usia 6-7 minggu, bayi mulai membuat suara, dalam kondisi senang dan nyaman. Tetapi masa ini juga masih ada sifat refleks, dan secara tidak langsung ia melatih kematangan gerak organ artikulasinya.
- Laling, pada usia 6-9 bulan, fungsi pendengaran bayi semakin matang. Bayi mulai mendengar, bersuara, merasa senang dan selalu mengulangi ucapannya. Bayi juga mulai bersuara sebisanya dan bergerak terus saat ingin memberitahukan kondisinya seperti bosan dengan posisinya, ingin pindah tempat dan sebagainya
- Scholalia, pada usia 9-10 bulan, bayi mulai meniru bunyi-bunyian yang ia dengar dari sekitarnya. Saat inilah bayi mengeluarkan suara bervariasi, misal “mamamama“atau “papapa” sambil menggunakan tanganya mencoba menunjuk dan meraih sesuatu. Lewat gesturnya ini bayi ingin anda tahu apa yang diinginkannya.
- True Speech, mulai usia 12 bulan, bayi mulai berbahasa meskipun belum benar dan tepat. Namun ucapanya mengacu pada apa yang dimaksud dan sifatnya konsisten. contohnya “ma” untuk menyatakan ibu, “mim” untuk ungkapan minum atau “mam” sebagai ungkapan makan/makanan dan ungkapan -ungkapan lainya.(Nisfie MH,m&k)
PERKEMBANGAN BAHASA BICARA
Kontribusi Dari Mutiara mardiyyah
Wednesday, 15 June 2011
Perkembangan bahasa bicara semua anak selaras atau berbanding sejajar dengan perkembangan kematangan susunan syaraf di otak, bahwa aktivitas bayi yang baru lahir apakah aktivitas yang berhubungan dengan mulut, tangan, kaki dan bagian tubuh yang lain sampai batas usia tertentu dapat dipastikan merupakan aktivitas yang bersifat reflek (otomatis).
Perbedaan tempo reflek tentu saja tidak lepas dari cepat lambatnya perkembangan susunan syaraf di otak, berkaitan dengan supply gizi serta perlakuan-perlakuan dari orang tua/orang dewasa sekitarnya Perlakuan-perlakuan tersebut bias berupa fisikal maupun psikologis. Setelah tempo usia refleks berlalu peranan orang dewasa di sekitarnya semakin tinggi dalam menciptakan suasana bahasa. Keakraban fisik maupun psikis dari orang tua bayi atau orang dewasa di sekitarnya yang diapliksikan dalam bentuk ujaran akan sangat mempengaruhi cepat lambatnya perolehan bahasa. sehingga dapat di ambil kesimpulan bahwa factor-faktor yang mempengaruhi perkembangan bahasa bicara adalah:
- kondisi psikologis dan kematangan otak
- tingkat intelegensi anak (IQ)
- ekonomi
- jenis kelamin
- lingkungan rumah
- factor dwi bahasaan
TAHAP-TAHAP PERKEMBANGAN BAHASA Tahap 1:
Penyuaraan yang bersifat refleks (reflexive vocalization) Bayi normal yang baru saja dilahirkan sampai dengan usia < 3 minggu seluruh aktivitasnya masih bersifat refleks. Tangisan yang diperdengarkan, suara-suara yang di produksinya benar-benar tanpa di sadari, tanpa kehendak, tidak menuntut ataupun meminta sesuatu bukan juga sedang menanggapi rangsangan apapun dari sekelilingnya, benar-benar sesuatu yang bersifat refleks. Setelah bayi berusia 4 minggu, tangisan atau suara yang diperdengarkan sudah mulai berbeda.
Perbedaan suara-suara yang diperdengarkan bukan berarti si bayi sudah bias membedakan setiap rangsangan yang datang kepadanya lalu berniat menangis seperti orang dewasa. Perbedaan –perbedaan tersebut masih bersifat refleks. Pada tahap ini tangisan berkembang dari tangisan yang tidak berbeda(belum matangnya system reflex/susunan nsyaaf pusat) menuju ketangisan yang berbeda. Kesan bunyi tangisan tersebut mirip bunyi-bunyi fokal seperti oooee & hellip;ooooaaa, untuk itulah dinamakan reflexive vocalization Tahap 2. BABLING Tahap babbling atau masa mengoceh pada umumnya dimulai pada usia bayi 6-7 minggu. Pada usa ini bayi seolah-olah senang mengulang-ulang bunyi yang dibuatnya, namun sebenarnya masih bersifat refleks. Bunyi yang diperdengarkan sudah mulai bervariasi, terdengar bunyi seperti orang yang sedang berkumur-kumur. Terdengr bermacam-macam bunyi fokal(a,i,u,e,o,ë).
Bunyi bunyi
vokal ini kadang-kadang disuarakan dengan durasi panjang dan kadang-kadang durasi pendek, kenyaringan
terdengar berbeda-beda.
Pada usia 5-6 bulan terdengar bunyi-bunyi seperti konsonan /p,b,g/ dan konsonan nasal /n/ bunyi-bunyi ini tentunya dikombinasikan dengan bunyi-bunyi yang mirip dengan bunyi fokal seperti papapa & hellip;.
Mamama & hellip;. Babababa Tahap 3 Lalling Juga disebut tahap jargon/mengoceh, umumnya dimulai pada usia 6 bulan. Pada tahap ini ocehan yang diperdengarkan sudah dalam bentuk kombinasi
Langganan:
Postingan (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar